Bupati Blitar dari Masa ke Masa

Selasa, 23 Februari 2016

Mengungkap siapa penguasa atau Bupati Blitar dari waktu ke waktu tidaklah mudah. Hal tersebut berkaitan erat dengan perjalanan sejarah Kabupaten Blitar dari masa ke masa. dari beberapa sumber menyatakan bahwa sebelum masa kemerdekaan yang menjabat Bupati Blitar adalah : RM Aryo Ronggo Hadinegoro ( – 1866) selama 35 tahun, KPH Warsokoesoemo (- 1896) yang wafat pada tanggal 19 September 1896, KPH Sosro Hadinegoro (1896-1917) wafat tanggal 04 Desember 1917 dimakamkan di Pasarean Pangarenan Gebang Blitar. Kemudian digantikan oleh KPH Warso hadi Ningrat yang memimpin Blitar Tahun 1918-1943). Setelah mangkat pada 22 April 1942, Pemerintah hindia Belanda mengangkat R.M Harsoyo sebagai penggantinya.

Namun begitu belum lama menjabat, masuklah bala tentara Jepang maka diangkatlah RMT Priyambodo (1942-1943). Semasa RMT Priyambodo menjabat terjadi kudeta yang dilakukan pasukan PETA sehingga akhirnya turun digantikan sementara oleh Santoso Harsono (1943). Kemudian tidak beberapa lama digantikan oleh R.M Samadikoen (1943-1945). Pejabat Bupati pada awal Pemerintahan Republik Indonesia terbentuk dipegang oleh R. Darmadi (ayahanda pahlawan Peta, Supriyadi), namun pada saat Agresi Belanda I beliau ikut bergerilya dan di ganti oleh R. Sunaryo pada tahun 1947-1950.

Adapun pejabat Bupati berturut-turut semenjak masa kemerdekaan adalah:

 

RM Aryo Ronggo Hadinegoro
Selama perjalanan sejarah pemerintahan Kabupaten Blitar khusunya pejabat bupati Blitar dari waktu ke waktu, keberadaan Gunung Kelud ikut memberi warna dan pengaruh terhadap perjalanan sejarah Kabupaten Blitar. Semasa pemerintahan Kabupaten Blitar dipimpin RM Aryo Ronggo Hadinegoro sebagai trauma akibat lahar letusan Gunung Kelud pada Tahun 1848, maka pusat pemerintahan yang semula dipinggir sungai Pakunden dipindah ke Kepanjen Lor (sekarang Pendapa Kabupaten Blitar).

Selain itu pada masa pemerintahannya, RM Aryo Ronggo Hadinegoro mengambil kebijakan dengan memeberi batas wilayah secara adil, yaitu : bagian timur sebagai bumi kanjengan, bagian barat sebagai(sekarang Jl.Masjid), bagian selatan (sekarang Jl.Merdeka), dan bagian utara (sekarang Jl.Anjasmoro) sedangkan tanah diluar batas kanjengan bagian barat pengaturannya diserahkan kepada penghulu Blitar untuk pembangunan masjid (sekarang masjid Jami’). Bupati RM.Aryo Ronggo Hadinegoro  menjabat semala 35 tahun dan beliau pensiun pada tahun 1866.

KPH Warsoekoesomo
Dimasa kepemimpinannya, KPH Warsoekoesomo membangun rumah dinas Bupati (sekaligus sebagai kantor) dan aloon-aloon Blitar yang pengerjaannya dimulai tahun 1875 sampai dengan 1876. Selain itu untuk mempermudah jalur transportasi diresmikan jalur kereta api dan stasiun Blitar pada tahun 1882. Beliau wafat pada tanggal 19 September 1896.

KPH Sosro Hadinegoro
Dimasa kepimpinannya, pada tanggal 01 April 1906 dibentuk Gemeente Blitar, sedangkan untuk Burgemeester atau walikota depagang oleh Asisten Residen Blitar. Pada masa ini merupakan cikal bakal lahirnya Kota Blitar. Beliau wafat pada tanggal 04 September 1917.

KPH Warso Hadiningrat
Pada awal kepimpinannya, Blitar dilanda lahar hebat tepatnya pada hari Selasa Kliwon Tahun 1919 dengan menelan korban jiwa meninggal lebih dari 1.000 orang. Beliau wafat pada tanggal 22 April 1942.

Pemberontakan PETA dan Era Otonomi Daerah
Blitar tidak dapat dilepaskan dengan sejarah heroik perlawanan pasukan PETA yang dipimpin oleh Soepriadi pada saat Bupati Blitar dijabat oleh RMT. Priyambodo (1942-1943). Sedangkan dimasa otonomi daerah Drs. H. Rijanto, MM merupakan Bupati Blitar yang dipilih langsung oleh masyarakat Kabupaten Blitar.