PENDOPO AGUNG RONGGO HADINEGORO, CAGAR BUDAYA UNTUK MASYARAKAT

Upload by - Selasa, 20 Desember 2016

Blitar – Pendopo Agung Ronggo Hadinegoro yang terletak di utara alun-alun Kota Blitar merupakan satu diantara cagar budaya yang ada di Kabupaten Blitar. Bahkan satu-satunya pendopo milik pemerintah di Jawa Timur  yang berada di kampung kauman. Seperti diketahui, tata letak bangunan pusat pemerintahan tempo dulu selalu menghadap keselatan yang ditandai dengan sisi utara pendopo (pusat pemerintahan), di halaman depan alun-alun, sisi timur penjara dan sisi barat tempat ibadah. Maka dimanapun sekitar tempat ibadah dinamakan kampung kauman. Dan Blitar memiliki itu semua. Pendopo yang dibangun pada Tahun 1875 oleh Bupati Blitar KPH.Warsoekoesomo ini, sekarang menjadi rumah dinas Bupati Blitar dari masa kemasa. Pelajar dan masyarakat aneka profesi diharapkan mengetahui  sejarah pendopo tersebut, sehingga pendopo tersebut bisa sebagai pusat studi kebudayaan. Hal ini disampaikan oleh Bupati Blitar, H.Rijanto saat membuka secara resmi Pendopo Agung Ronggo Hadinegoro yang dibuka untuk umum, Sabtu (17/12).

Bupati Blitar  juga menyampaikan, Pendopo Agung Ronggo Hadinegoro juga rumah rakyat. Untuk itu, bukan saja di hari Sabtu namun juga hari Minggu pendopo tersebut bisa dikunjungi oleh palajar dan masyarakat umum. Bahkan rencananya, urang belakang di pendopo tersebut akan dibangun gazibu yang multifungsi. Berbagai komunitas seni budaya bisa menggunakan gazibu tersebut untuk latihan. Sementara ini, latihan kegiatan seni budaya seperti macapat dilaksanakan pada malam Jumat Legi di Pendopo tersebut. Orang nomor satu di Kabupaten Blitar ini juga berharap, pengunjung di Pendopo Ronggo Hadinegoro bisa bertutur atau bercerita kepada orang lain tentang Pendopo yang merupakan cagar budaya ini baik langsung maupun melalui media social.

Ditempat yang sama, Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan pariwisata Kabupaten Blitar, Luhur Sejati mengungkapkan, Pendopo Agung Ronggo Hadinegoro sementara dibuka setiap hari Sabtu dari pukul 10.00-14.00 WIB dengan didampingi dua pemandu wisata. Jumlah kunjungan wisatawan di pendopo ini akan menjadi bahan evaluasi penambahan hari maupun jam kunjung dikemudian hari. Ide pendopo agar bisa dikunjungi oleh masyarakat umum berawal dari kunjungan pelajar dari Bantul Yogyakarta yang telah berkunjung ke Candi Penataran dan Desa Gogodeso. Mereka berharap bisa berkunjung ke Pendopo  Agung Ronggo Hadinegoro. Bahkan beberapa perguruan tinggi di Jawa Timur seperti Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Surabaya dan Universitas Airlangga Surabaya juga berkeinginan melakukan studi budaya di pendopo ini.

Seperti diketahui, pembukaan Pendopo Agung Ronggo Hadinegoro untuk umum, ditandai dengan pemasangan pin kepada dua pemandu wisata. Dalam kegiatan tersebut, beberapa pengujung dari pelajar yang ada di Kabupaetn Blitar langsung bisa mengelilingi Pendopo tersebut dengan didampingi oleh para pemandu wisata.

 Keberadaan  Pendopo Agung Ronggo Hadinegoro tidak lepas dari sejarah pemerintahan Kabupaten Blitar pada masa Belanda. Sebelum Tahun 1848 pusat pemerintahan Kabupaten Blitar berada di pinggir Sungai Pakunden. Kemudian Bupati Blitar yang pertama R.M. Aryo Ronggo Hadiengoro memindahkannya ke wilayah Kota Blitar saat ini karena pusat pemerintahan sebelumnya terkena lahar letusan Gunung Kelud. Pembangunan pendopo ini bersamaan dengan pembangunan alun-alun yakni kurun waktu 1875, yang saat itu Bupati Blitar dijabat oleh KPH.Warsoekoesomo. Bangunan dari pendopo tersebut diantaranya terdiri dari bangunan utama (main building dengan gaya Indische empire style) yang saat ini berfungsi sebagai rumah dinas Bupati Blitar. Ruang utama disebut juga dengan pringgitan njero. Di pilar pringgitan ini terdapat prasasti prestasi yang pernah diukir oleh masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Blitar. Disebelah timur ruang kerja Bupati dan sebelah barat tempat penyimpanan pusaka. Di ruang pusaka inilah tersimpan pusaka tetungguling kadipaten yang disebut dengan Cemethi Samandiman.  Selain itu ada bangunnan unit dua di halaman beranda belakang menghadap selatan. Pada masa lalu digunakan sebagai tempat abdi dalem dan para tamu Bupati.

Sedangkan pada bangunan ketiga,  berada disamping timur dan kanan sebagai tempat para ajudan, dahulu sebagai tempat pengawal pribadi keluarga Bupati.

Didepan bangunan utama ada 4 area dwarapala (2 berwujud sywa dan 2 berwujud singa) dan 1 prasasti Balitar I yang berisikan tentang titah Prabu Jayanegara menganugerahkan Blitar sebagai tanah perdikan. Sedangkan di halaman depan ada patung Sudanco Supriyadi sang pahlawan PETA.  Bangunan keempat yakni gedungbunder. Ini sebagai tempat pengungsian bupati dan keluarganya ketika ada lahar Gunung Kelud. (Humas)